Penulis : Lara Octavini
Alkisah, ada dua buah bibit tanaman yang hendak tumbuh di hamparan lahan yang subur. Bibit pertama berkata, "Kuingin segera tumbuh, batangku besar, akarku menjejak dalam-dalam dan kokoh di tanah ini, tunasku menyerabut kuat di antara kerasnya tanah ini. Kuingin sampaikan salam untuk musim semi, rasakan hangatnya mentari dan nikmati lembutnya embun yang bersarang di pucuk-pucuk daunku kala pagi." Syahdan, bibit pertama pun segera tumbuh besar, akarnya kokoh, dan pohonnya pun tinggi menjulang.
Bibit kedua sedikit gusar, ia hanya bergumam, "Bagaimana jika kutanam akarku, apa yang bakal kujumpai di bawah sana. Tidakkah di dalam sana gelap? Lantas kalau kelak tunasku menerobos ke atas, tidakkah keindahannya akan sirna? Tunasku pasti terkoyak, belum lagi jika terbuka akan banyak siput yang coba melahapnya. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman."
Bisa dibayangkan, bibit itu pun urung tumbuh, menunggu dalam ketidakpastian, dan merasakan sepi dalam kesendirian. Tak selang berapa lama, seekor ayam datang memburu makanan di lahan itu, ia dapatkan bibit kedua tadi dan dicaploknya segera.
Cerita ini berungkali dikisahkan, tetapi tetap menggugah, menggelitik, dan tidak membosankan. Demikian pula dengan hidup kita ini, meski berani menjatuhkan pilihan. Tantangan untuk memilih adalah penggal cerita dari proses pendewasaan.
Opsi-opsi yang meski kita pilih terkadang tak selamanya mengenakkan. Di depan, segelintir prajurit, hanya tersisa jurang batu nan terjal. Di saat yang sama, musuh dari arah belakang siap menyerang. Maju kena mundur kita kena juga. Maju atau berbalik mundurkah kita? Loncat ke jurang, pasukan mati konyol dan nyawa melayang sia-sia. Berbalik arah dan menyerang, mati sebagai pahlawan dan mendapat kemuliaan.
Di saat seperti itulah opsi-opsi yang melintas seakan tidak memihak. Namun, baiknya sejenak berpikirlah ulang, cermati negatif dan positifnya. Dari sekian opsi yang buruk sekalipun pasti masih ada pilihan terbaik dari yang terburuk. Lebih baik memilih daripada harus pasrah dan tidak berbuat apa-apa dan menyisakan penyesalan pada akhirnya. Putusan untuk memilih ada di tangan kita, persoalan hasil akhirnya, itu jauh di luar kuasa kita.
Berani memilih berarti paling tidak anda sudah menyelesaikan satu dari beban masalah, masalah kebingungan dan ketidakpastian. Takut memilih, itu artinya anda takut hidup, karena hidup adalah memilih. Terbaik dari yang terburuk sekalipun.
Wallahu a'lam.
source : kotasantri