Sabtu, 12 September 2009

Rp. 1.000 Vs Rp. 100.000

Proses Pembelajaran
Semoga Bermanfaat
Menggelitik & menyindir
==============
Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi
mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI
dengan bahan dan alat-alat yang oke.
Pertama kali keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu sama-sama
bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik.
Namun tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus
ribu bertemu kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda. Uang
seratus ribu berkata pada uang seribu :”Ya, ampiiiuunnnn. ……….
darimana saja kamu, kawan? Baru tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah
lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan…… bau! Padahal waktu kita
sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama keren kan ….. Ada apa
denganmu?”

Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan
nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
“Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya
tiga
hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya
sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang
sayur,
saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh
dengan darah dan taik ayam.
Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang pengamen, dari pengamen
sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci tukang warteg saya
berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke
‘baluang’
(pren : tau kan baluang…?) Inang-inang.
Begitulah perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal,
lusuh,
karena sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ……”
Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.: “Wah, sedih sekali
perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan pengalamanku. Kalau aku ya,
sejak kita keluar dari PERURI itu, aku disimpan di dompet kulit yang
bagus
dan harum.
Setelah itu aku pindah ke dompet seorang wanita cantik. Hmmm…
dompetnya
harum sekali. Setelah dari sana , aku lalu berpindah-pindah,
kadang-kadang
aku ada di hotel berbintang 5, masuk ke restoran mewah, ke showroom
mobil
mewah, di tempat arisan Ibu-ibu pejabat, dan di tas selebritis. Pokoknya
aku selalu berada di tempat yang
bagus. Jarang deh aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan…… aku
jarang lho ketemu sama teman-temanmu. ”
Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya :
“Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang
nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada
kamu!”
“Apa itu?” uang seratus ribu penasaran.
“Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau di
tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu aku mampir di
tempat-tempat itu. Jarang banget tuh aku melihat kamu disana…..”
source:www.dudung.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar